1.PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Museum Mandiri
Gedung Museum Bank
Mandiri yang terletak di Jalan Lapangan Stasiun Nomor 1 Jakarta Barat,
(Stationsplein 1 - Binnen Niuewpoortstraat) memiliki sejarah yang cukup
panjang, hingga kini menjadi bangunan cagar budaya yang ramai dikunjungi
masyarakat terkait sejarah serta koleksi perbankan tempo dulu.
Jika kita mengamati gedung megah itu, nuansa bangunan barat akan segera terlintas di benak. Bentuknya, terutama jika dilihat dari arah depan, memilik banyak kesamaan dengan bangunan lain di kawasan Kota Tua, seperti Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik dan sebagainya.
Wajar saja jika bangunan-bangunan itu memiliki kesamaan. Sebab, Gedung Museum Mandiri juga merupakan bangunan peninggalan masa Belanda. Dulunya, bangunan ini berada dalam satu taman yang menyatu dengan Stasiun Kereta Api Jakarta-Kota atau Beos (Bataviasche Oosterspoorweg Maatschap-pij).
Awalnya, bangunan itu merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Hindia Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij Batavia. Gedung putih berarsitektur Indisch gaya New Zakelijk ini merupakan kantor baru Factorij Batavia yang sebelumnya berlokasi di Kali Besar Oost 27 (Jl. Kali Besar Barat No. 27).
Bangunan menghadap ke Timur yang masih begitu mentereng ini diramu oleh arsitek NHM, J.J.J. de Bruyn bekerja sama dengan arsitek Belanda lainnya, A.P. Smits dan C. van de Linde yang keduanya bekerja pada biro arsitek Hulswit, Fermont and Ed. Cuipers.
Pemancangan tiang betonnya dimulai Juli 1929 dan kelar dibangun 1932 oleh biro konstuksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming Maatshappij). Gedung yang berdiri di atas lahan seluas 10.039 M2 ini, kemudian diresmikan pada tanggal 14 Januari 1933 oleh Cornelis Johannes Karel van Aalst, Presiden NHM ke-10 saat itu.
Arsitektur gedung berlantai empat seluas 21.509 M2 ini sebetulnya cenderung sederhana dengan bentuk simetris dan taman di tengahnya, memiliki main entrance tepat di tengah bagian depan bangunan. Ketinggian permukaan lantai dasarnya lebih tinggi dari jalan raya, sehingga kesan pada entrance-nya terasa anggun.
Lantai lobby, ruang rapat dan ruang direksinya memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca (glasmozaik-tegels), sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.
Sejalan dengan perkembangan politik-ekonomi saat itu, NHM yang merupakan bank asing milik Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 5 Desember 1960 yang kemudian dilebur ke dalam Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN). Riwayat gedung ini pun berubah menjadi Kantor BKTN Urusan Exim.
Pada era Bank Tunggal atau dikenal dengan masa “Bank Berjuang”, gedung ini pun menjadi bagian dari Kantor Pusat Bank Negara Indonesia (BNI) Unit II bidang Exim sejak 17 Agustus 1965 sampai lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) tanggal 31 Desember 1968. Penggunaan gedung ini sebagai Kantor Pusat Bank Exim berlangsung sampai tahun 1995 atau setelah Bank Exim pindah ke gedung Kantor Pusat yang baru di Jl. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta Selatan.
Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998 dan bergabungnya empat bank pemerintah, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri. Maka gedung warisan sejarah ini pun beralih menjadi salah satu aset Bank Mandiri.
Jika Anda tertarik untuk melihat koleksi lukisan dan foto-foto dokumentasi mengenai gedung ini, dari semenjak gedung ini belum dibangun, gedung ini dalam masa pembangunan, hingga gedung selesai dibangun, Anda bisa melihatnya di salah satu lorong gedung bagian belakang, atau dekat dengan ruang pertunjukan.
Jika kita mengamati gedung megah itu, nuansa bangunan barat akan segera terlintas di benak. Bentuknya, terutama jika dilihat dari arah depan, memilik banyak kesamaan dengan bangunan lain di kawasan Kota Tua, seperti Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik dan sebagainya.
Wajar saja jika bangunan-bangunan itu memiliki kesamaan. Sebab, Gedung Museum Mandiri juga merupakan bangunan peninggalan masa Belanda. Dulunya, bangunan ini berada dalam satu taman yang menyatu dengan Stasiun Kereta Api Jakarta-Kota atau Beos (Bataviasche Oosterspoorweg Maatschap-pij).
Awalnya, bangunan itu merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Hindia Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij Batavia. Gedung putih berarsitektur Indisch gaya New Zakelijk ini merupakan kantor baru Factorij Batavia yang sebelumnya berlokasi di Kali Besar Oost 27 (Jl. Kali Besar Barat No. 27).
Bangunan menghadap ke Timur yang masih begitu mentereng ini diramu oleh arsitek NHM, J.J.J. de Bruyn bekerja sama dengan arsitek Belanda lainnya, A.P. Smits dan C. van de Linde yang keduanya bekerja pada biro arsitek Hulswit, Fermont and Ed. Cuipers.
Pemancangan tiang betonnya dimulai Juli 1929 dan kelar dibangun 1932 oleh biro konstuksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming Maatshappij). Gedung yang berdiri di atas lahan seluas 10.039 M2 ini, kemudian diresmikan pada tanggal 14 Januari 1933 oleh Cornelis Johannes Karel van Aalst, Presiden NHM ke-10 saat itu.
Arsitektur gedung berlantai empat seluas 21.509 M2 ini sebetulnya cenderung sederhana dengan bentuk simetris dan taman di tengahnya, memiliki main entrance tepat di tengah bagian depan bangunan. Ketinggian permukaan lantai dasarnya lebih tinggi dari jalan raya, sehingga kesan pada entrance-nya terasa anggun.
Lantai lobby, ruang rapat dan ruang direksinya memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca (glasmozaik-tegels), sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.
Sejalan dengan perkembangan politik-ekonomi saat itu, NHM yang merupakan bank asing milik Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 5 Desember 1960 yang kemudian dilebur ke dalam Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN). Riwayat gedung ini pun berubah menjadi Kantor BKTN Urusan Exim.
Pada era Bank Tunggal atau dikenal dengan masa “Bank Berjuang”, gedung ini pun menjadi bagian dari Kantor Pusat Bank Negara Indonesia (BNI) Unit II bidang Exim sejak 17 Agustus 1965 sampai lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) tanggal 31 Desember 1968. Penggunaan gedung ini sebagai Kantor Pusat Bank Exim berlangsung sampai tahun 1995 atau setelah Bank Exim pindah ke gedung Kantor Pusat yang baru di Jl. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta Selatan.
Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998 dan bergabungnya empat bank pemerintah, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri. Maka gedung warisan sejarah ini pun beralih menjadi salah satu aset Bank Mandiri.
Jika Anda tertarik untuk melihat koleksi lukisan dan foto-foto dokumentasi mengenai gedung ini, dari semenjak gedung ini belum dibangun, gedung ini dalam masa pembangunan, hingga gedung selesai dibangun, Anda bisa melihatnya di salah satu lorong gedung bagian belakang, atau dekat dengan ruang pertunjukan.
2.Metode Penelitian
Kami
menggunakan metode penelitian kualitatif-interpretif dengan melakukan wawancara
dengan seorang pengunujung bernama Tania.
AL :
Selamat siang, ka tania. Baru pertama kali datang ke museum mandiri ?
T:
Siang, iya ini pertama kalinya datang ke museum mandiri
AL:
Bagaimana kesan pertama anda terhadap tempat ini ?
T :
Tempatnya cukup tenang, karena saya pergi hari jumat mungkin jadi tidak terlalu
banyak pengunjung
AL:
Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan disini ?
T:
Pelayanannya kurang memuaskan, ketika membayar tiket masuk Rp. 5.000, saya
tidak diberikan tiket langsung dipersilahkan saja. Dan ketika melihat orang
lain masuk tanpa keloket. Jadi untuk urusan tiket disini kurang bagus. Dan juga
tidak ada petugas yang berjaga disana. Jadi saya hanya melihat satpam didepan,
dan beberapa petugas di tempat loket depan.
AL:
Bagaimana tentang kebersihan ?
T:
Mungkin karena pegawainya juga kurang, menurut saya sangat kotor. Sampah bekas
makanan berserakan dimeja. Koleksi-koleksi banyak yang berdebu, dan ada
dibagian pojokan patung-patung yang kurang terawatt dan terkunci pintu jeruji
besi seperti dipenjara. Jadi bikin merinding melihatnya.
AL:
Menurut anda tempat ini strategis untuk dijangkau ?
T:
kalau naik kendaraan umum seperti mikrolet bisa dibilang strategis, kita bisa
berenti didepannya langsung. Naik transjakarta juga lumayan strategis, lewat
penyebrangan dibawah, langsung bisa sampai didepan museum. Tetapi untuk naik
kendaraan pribadi sangat sulit untuk mencari parkir.
AL:
Apa anda ingin datang kembali ke Museum Mandiri ?
T:
Tidak, karna menurut saya disini tidak ada apa-apa. Lantai kedua juga hanya
dibuka sabtu minggu. Kalau sudah diperbagus, mungkin saya akan datang kesini
lagi bersama teman-teman saya
3.Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian
kami setelah mengunjungi museum mandiri adalah bahwa museum mandiri yang
terletak di Jalan Lapangan stasiun No 1,Jakarta Barat ini merupakan salah satu
dari gedung bersejarah yang ada di kawasan kota tua, museum mandiri ini terletak
berdekatan dengan Museum Bank Indonesia.
Ketika kami baru sampai di museum mandiri hal yang pertama kami lihat adalah
bahwa museum Bank Mandiri memiliki gedung yang sangat luas. Ketika kami memasuki loket
untuk membeli tiket di museum mandiri, kami terkejut bahwa museum mandiri tidak
memiliki tiket yang diberikan kepada pengunjung tanda bahwa pengunjung sudah
membayar, sehingga
ketika kami datang dan membayar di loket sebesar Rp. 5.000 kami langsung di
persilahkan untuk masuk ke dalam museum tersebut, hal yang membuat terkejut
lagi adalah ketika kami melihat bahwa anak-anak sekolah langsung masuk begitu
saja tanpa membayar terlebih dahulu di loket dan tidak di tegur oleh petugas
disana.
Setelah itu kami
mulai memasuki museum mandiri yang cukup luas tersebut, di dekat pajangan
koleksi dari museum mandiri tersebut kami melihat banyak dari anak-anak sekolah
yang makan dan bahkan membuang sampah sembarangan di sekitar museum tersebut. Penerangan
yang di miliki oleh museum mandiri sendiri menurut kami kurang terang sehingga
menyebabkan suasana yang agak suram.
Akhirnya kami
berkeliling untuk melihat pajangan koleksi yang ada di museum mandiri, museum
ini memiliki koleksi mulai dari mesin atm jaman dahulu yang memiliki bentuk
yang besar dan juga mesin tik jaman dahulu dan mesin-mesin lain nya yang belum
pernah kami lihat sebelum nya dan baik untuk menambah ilmu pengetahuan akan
sejarah, hanya saja koleksi-koleksi ini kurang terawat, dengan mesin-mesin yang
sudah berdebu dan mulai tampak kusam sehingga kurang menarik perhatian orang
yang datang ke sana, kemudian tata letak dari koleksi-koleksi tersebut juga
masih kurang tepat, kami melihat ada beberapa koleksi yang ditaruh di atas
lantai dan letak satu koleksi dengan koleksi lain nya agak berjauhan dan kurang
nya penunjuk jalan di dalam museum tersebut sehingga orang yang datang ke sana
akan sedikit bingung dengan jalan yang agak berliku tersebut. Kemudian hasil
penelitian kami yang lain saat datang ke sana adalah kurang nya penjagaan dari
pihak penjaga museum terhadap barang-barang koleksi yang ada di museum mandiri
tersebut, karena ketika kami datang ke sana ada beberapa anak sekolah yang
memindahkan properti museum seperti patung sesuka nya hanya untuk foto dan
tidak menaruh patung tersebut kembali ke tempat semulanya. Penjelasan mengenai
barang-barang koleksi tersebut juga belum semuanya ada, sehingga kami merasa
bingung ketika melihat mesin tik yang tidak di jelaskan fungsi nya atau pun
dari tahun berapa.
Toko souvenir yang
ada di museum tersebut juga terletak agak ujung dari museum mandiri sehingga
orang kurang bisa melihat toko tersebut.
4.Implikasi Teori
Letak museum mandiri
cukup strategis, tetapi kurang tempat untuk lahan parkir, karna masih agak jauh
berjalan kaki dari museum fatahillah.
Dan juga lebih baik bila museum mandiri mulai menggunakan AC dan mengatur
pencahayaan supaya pengujung nyaman ketika melihat-lihat koleksi museum seperti
di museum Bank Indonesia. Karna banyak orang tidak ingin ke museum mandiri
karena suasananya tidak nyaman dan terkesan angker.
Mulai
membuat melakukan pemasaran, karena setelah dicek melalui internet dan
kunjungan langsung ke Museum Mandiri, mereka tidak melakukan pemasaran untuk
sejauh ini. Karna mereka tidak mempunyai website ataupun sosial media yang dapat
diakses oleh orang banyak. Sosial media untuk sekarang ini sangat berguna karena
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi. Untuk orang diluar kota
atau turis mancanegara jadi sulit untuk mengetahui informasi tentang museum
mandiri karna mereka tidak tahu darimana dapat mengakses informasi tentang
museum mandiri. Seperti Natural History Museum Los Angeles County, Muzium
Negara dan Museum Bank Indonesia yang membuat website dan juga sosial media
untuk memberitahukan kapan mereka buka dan tutup dan meberitahukan fasilitas
yang ada. Walaupun Natural History Museum lebih lengkap untuk sosial media,
mereka menggunakan instagram dan juga pinterest. Menurut kami Museum Mandiri
lebih baik mebuka website dan sosial media facebook dan juga Instagram yang
banyak dimintai oleh masyarakat banyak. Karena lewat instagram museum mandiri
dapat memperlihatkan museum mandiri lewat foto dan juga facebook karena lebih
mudah memberikan informasi, dibandingkan twitter yang hanya bisa 140 kata.
Mulai
membuat acara-acara dan mepromosikan lewat sosial media, internet, dan poster.
Karena bila menggunaka poster yang menarik dapat membuat orang penasaran dan
mencari tahu lebih lanjut. Tidak benar bila ada yang mengatakan menggunakan
poster sudah tidak efektif.. Contoh Poster :